Senin, 25 April 2016

Sesatkah Kristen Aliran Kharismatik?

Gereja masa kini mengalami banyak perkembangan, dari sekian banyak aliran dalam kekristenan ada aliran kharismatik yang fenomenal itu. Ketika aliran kristen pada umumnya memiliki liturgi (tata cara ibadah) yang cukup kaku namun tenang dan khusyuk, kharismatik malah sebaliknya. Liturgi yang begitu bebas, hidup, bertenaga, dan cukup euforia. Seringkali kita melihat kedahsyatan jemaat muda-mudi melompat-lompat bersorak ataupun menangis tersedu-sedu dalam penyembahan, apalagi dalam fenomena bahasa roh, yang penulis ingin sebutkan sebagai 'nge-roh'. Tidak heran ketika jemaat kristen lain melihat hal ini sebagai sesuatu yang aneh, atau nyeleneh, bahkan mungkin sesat ?!

Sebelum penulis memberikan eksposisi, ada baiknya kita menyimak beberapa poin yang seringkali jemaat kristen lain menilai kharismatik sebagai aliran sesat. Yang pertama ialah fenomena melompat-lompat. Jemaat lain melihat ini sebuah ritual yang berlebihan, dan menjurus ke arah pesta pora duniawi, dikarenakan dalam konser-konser musik bahkan night club pun orang-orang mempraktekkan hal seperti itu, ditambah dengan layar led, musik yang keras, lighting yang gemerlapan serta tampilan multimedia yang begitu modern, seakan-akan menghilangkan kesan khusyuk dalam beribadah. Yang kedua ialah fenomena kotbah-kotbah supranatural seperti kesembuhan, mujizat, dan lain-lain. Jemaat lain melihat ini sebagai sesuatu yang lebay, bahkan ada yang berpendapat bahwa ritual itu cuma bohong-bohongan, akal-akalan pendeta untuk mengundang banyak jemaat hadir, dengan demikian uang kolekte melimpah. Orang lain mengira seakan-akan kristen cuma berisi pengajaran tentang hal-hal tersebut. Ada juga orang yang berpikiran bahwa pendeta-pendeta kharismatik seakan-akan memanfaatkan Tuhan sebagai tukang mujizatnya. Dan yang ketiga ialah fenomena 'nge-roh', ketika penyembahan banyak jemaat kharismatik mempraktekkan bahasa roh, dan beberapa pendeta malah mewajibkan praktek tersebut. Padahal jika diteliti baik-baik, bahasa roh yang mereka ucapkan, tiada yang tahu apa artinya, bahkan per suku katanya pun tidak. Jreng #!@

Penulis ingin memulai eksposisi dengan menyelidiki apa sih arti sesat itu. Menurut KBBI online (Kamus Besar Bahasa Indonesia), sesat adalah (1) tidak melalui jalan yang benar, salah jalan (2) salah (keliru) benar, berbuat yang tidak senonoh, menyimpang dari kebenaran (tentang agama dan sebagainya). Kita mengerucutkan pengambilan makna pada poin kedua terakhir yaitu menyimpang dari kebenaran, karena penjelasan tersebut yang menurut KBBI berhubungan dengan agama. So mari kita mulai, jikalau kharismatik dianggap sesat, dalam artian menyimpang dari kebenaran. Maka pertanyaannya adalah menyimpang dari kebenaran apa? Kebenaran dalam artian perihal mengenai liturgi ibadah? materi kotbah? ritual penyembahan? atau ketiga-tiganya?

Simpel saja, ketiga poin tersebut tidak ada tata cara bakunya dalam alkitab kita. Ketiga poin tersebut terbentuk seiringnya jemaat mula-mula berjalan. Yang pertama, eksposisi mengenai liturgi ibadah. Sebagian besar kristen non-kharismatik dan katolik memiliki liturgi yang mirip-mirip, yang sebenarnya bersumber dari tradisi jemaat mula-mula yang mengumpulkan berbagai macam hymne, baik mazmur maupun hymne jaman perjanjian baru, serta mengumpulkan berbagai jenis kredo (pengakuan). Hymne dan Kredo itulah yang membentuk liturgi jemaat mula-mula hingga dikembangkan dari jaman ke jaman. Sementara liturgi kharismatik mulai ada pada pertengahan abad 20, bermula dari Amerika Serikat lalu menyebar ke seluruh benua. Ketika kita melihat alur perkembangan liturgi dari jaman ke jaman itu, maka liturgi kharismatik pun bisa kita anggap sebagai variasi atau bagian dari perkembangan liturgi kekristenan, tidak ada yang menyimpang karena memang tidak ada kebenaran bakunya dalam alkitab kita, dikatakan sesat pun tidak cocok.

Yang kedua, eksposisi mengenai materi kotbah. KKR kesembuhan, mujizat dll jikalau kita perbandingkan dengan peristiwa-peristiwa mujizat Tuhan Yesus, maka ada jurang perbedaan yang signifikan dalam prosedurnya. Gereja kharismatik membuat acara kesembuhan mujizat dengan terencana, mengundang melalui iklan dan undangan formal, serta ada persiapan khusus, bahkan gladi resik ?!@# Sementara Tuhan Yesus dalam mujizatnya selalu spontan, tidak mengundang orang datang kepada-Nya, tapi Dia sendirilah menyembuhkan orang-orang yang ditemuinya selama perjalanan pelayanan. Kritik pertama ada logika yang terbalik, ya dimana-mana ketika kita ingin mendoakan kesembuhan orang lain, maka kita datangi jenguk besuk orang tersebut lalu kita doakan , bukan malah kita yang suruh orang sakit tersebut datang pada kita untuk didoakan, masa orang lagi sakit kita suruh datang ke kita, lha orang itu lagi sakit, ya kita yang harus kunjungi ya to, gimana sih?! Maka kritik kedua yang pantas disematkan kepada aliran kharismatik ialah Jika Anda memang dikaruniakan karunia penyembuhan, Mengapa Anda tidak membuat Rumah Sakit saja? Bukankah karuniamu itu jauh lebih tersalurkan kepada orang banyak, bahkan orang non kristen. Betapa mulianya ketika bisa membuat rumah sakit untuk orang miskin, warga di pelosok daerah. Poin ini bisa dikatakan berpotensi menyimpang, tapi bukan menyimpang seutuhnya, misal ketika orang sakit yang hadir KKR tetap tidak sembuh, itu menimbulkan minimal dua kesimpulan bahwa ada kebohongan-kebohongan terstruktur ATAU Tuhanmu tidak berkuasa. Misal Anda menjawab bahwa mungkin Tuhan belum berkehendak, maka anda bisa ditanya balik, Lalu Mengapa Anda berani membuat KKR seperti ini jika hasilnya tidak pasti?!

Yang ketiga, eksposisi mengenai ritual penyembahan. Fenomena bahasa roh ada juga dalam alkitab, yaitu dalam kisah para rasul 2 dan 1 korintus 12 &14. Masalahnya bahasa roh yang di kisah para rasul bukanlah sebuah ritual penyembahan karena konteksnya yang memang bukan sedang dalam ibadah. Maka pembahasan mengenai fenomena bahasa roh dalam ibadah itu hanya akan dibahas perbandingannya dalam 1 korintus 12 dan 14 yang mengandung konteks tersebut. Pertama, kewajiban  berbahasa roh, tidak ayatnya sama sekali, bahkan yang mengarah ke wajib itu pun tidak ada sama sekali, bahasa roh dianggap sebagai salah satu karunia, bukan karunia wajib. Kedua, tingkat kebergunaannya, Paulus berkata bahwa bahasa roh cuma membangun diri sendiri, membingungkan jemaat baru, tidak ada yang tahu artinya, nubuat lebih berguna. Ketiga, aturan prosedur berbahasa roh, harus berurutan, tidak bersamaan, harus ada yang menafsirkan. Nah, dari ketiga poin tentang bahasa roh tersebut semuanya dilanggar begitu saja. Hal ini bisa dikategorikan menyimpang dari kebenaran. Dalam permasalahan praktek bahasa roh sudah jelas sangat sesat. Namun kita harus objektif secara komprehensif, bahwa dalam beberapa gereja kharismatik tidak semua menggunakan bahasa roh, tapi sebagian besar mempraktekkannya. 

Khusus dalam poin bahasa roh yang begitu jelas sesatnya tidak serta merta membuat aliran kharismatik langsung sesat secara komprehensif atau sesat seutuhnya atau sesat total, kesimpulan tersebut tidak tepat dan terlalu menghakimi. Yang tepat ialah sesat sebagian kecil atau sedikit sesat. Bagaimanapun juga mereka masih dalam satu tubuh Kristus sama dengan kita, kita cuma perlu membangun dialog untuk terus menjelaskan penafsiran-penafsiran mengenai bahasa roh, siapa tahu ke depannya praktek bahasa roh bisa hilang dalam kekristenan modern? wallahualam. Beberapa waktu lalu penulis berkesempatan mengunjungi salah satu gereja kharismatik terbesar di Jakarta, gereja yang band nya merupakan pencipta lagu-lagu rohani terkenal sejak dulu (sudah tahulah gereja apa itu), ternyata ketika penyembahan justru tidak ada ritual berbahasa roh, kalaupun ada mungkin cuma dari beberapa jemaat saja (mungkin dalam hati atau dengan suara kecil sehingga tidak menganggu), bukan dilantunkan oleh WL dan para singernya. Bagi penulis ini menunjukkan masih ada gereja kharismatik yang sehat secara praktikal. Semoga kita semua bisa belajar kebenaran Firman Tuhan dengan lebih baik lagi dan terus mempraktekkan kebaikan-kebaikan firmanNya. 

-Tuhan Yesus memberkati-



Selasa, 03 Februari 2015

Pembahasan mengenai Nikodemus - Pengikut Kristus


Bahan renungan = Yohanes 3:1-21, 7:45-52, 19:38-40

Komsel Pemuda Kota 20 Januari 2014

Kalau boleh kita tanyakan kepada sebagian orang percaya, percakapan Tuhan Yesus dalam ayat yang termasyhur-Nya itu (Yoh 3:16) dinyatakan pada siapa? Mungkin sebagian orang sulit menjawab, mungkin juga sebagian sudah tahu. Seringkali mungkin kita lupa ataupun malas membaca ayat secara lengkap dalam perikopnya. Percakapan termasyhur itu ditujukan pada Nikodemus, salah seorang farisi, PEMIMPIN agama Yahudi, anggota mahmakah agama, sebuah lembaga agama yang dalam bangsa Yahudi namanya adalah Sanhendrin, berisi 72 orang.

Pada awal perikop sudah dijelaskan dengan baik identitas Nikodemus, kita tahu Lukas dalam tulisan-tulisannya selalu menghargai detail, baik itu identitas, tempat, maupun waktu kejadian. Kebanyakan pengikut Kristus pada abad pertama selalu datangnya ramai, berbondong-bondong, pada waktu pagi ataupun siang hari, namun tidak dengan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi ini datang pada waktu malam (ay. 2). Bagi yang sudah pernah nonton 'Son of God' pasti sudah pernah melihat adegan ini, hanya saja di film adegannya masih sore menjelang malam, masih cukup terang, kita harus mengerti pemahaman waktu di Israel pukul 6 sudah termasuk malam, baik itu masih terang atau masih gelap. Tentu saja banyak pertimbangan mengapa ia datang pada waktu malam, mengingat reputasinya sebagai seorang farisi, adalah hal yang aneh jika seorang farisi bergaul dengan Yesus saat itu, semua orang farisi membenci Yesus, dan juga dia seorang pemimpin agama Yahudi, lebih parah lagi jika sampai ketahuan dia mengikut Yesus, apalagi sampai percaya ajaran-Nya, dia mempertaruhkan reputasinya, pekerjaannya, bahkan finansialnya sekaligus.

Nikodemus seperti kebanyakan pengikut lainnya, datang dengan rasa takjub, rasa kagum akan ajaran-ajaran-Nya, bisa juga mujizat-Nya, atau hal lainnya. Hal ini bisa dilihat pada ayat ke 2 dimana dia mengungkapkan kekagumannya, mau mengakui kuasa Yesus dan menyapa-Nya dengan sapaan formal 'Rabi' selain mengakui kuasa Yesus, dia mengakui ajaran Yesus. Tradisi Israel menyatakan bahwa jika seorang Yahudi sudah mencapai tahap menjadi Rabi berarti dia sudah memenuhi syarat untuk mengajar dan ajarannya benar. Hal ini cukup mengejutkan tentunya, bagaimana mungkin seorang PEMIMPIN agama Yahudi mau rendah hati mengakui ajaran sang Rabi yang adalah anak tukang kayu, mendadak terkenal, dari Galilea pula. 

Pada ayat ke 3, Yesus mengajukan tanggapan atas pernyataan Nikodemus, "sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah". Secara budaya Yahudi, dan budaya kita semua sampai hari ini, omongan itu sangat tidak masuk akal. Hal ini terlihat dari tanggapan Nikodemus pada ayat selanjutnya, dengan polosnya menjawab balik sesuai proses biologis manusia, "Bagaimana mungkin seorang dilahirkan kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" (ay. 4). Terlahir sebagai orang Yahudi yang memegang erat kitab Musa, membuat orang Yahudi selalu terikat dengan ritual-ritual keagamaan, padahal Yesus menjelaskan tentang hubungan pribadi dengan Allah, bukan sebatas rital tetapi hubungan. Proses kelahiran kembali menggambarkan bahwa kita tunduk, merendahkan diri untuk dilahirkan kembali, diubahkan menjadi pribadi baru yang takut akan Tuhan, bukan takut akan aturan dan patuh akan ritual. Tuhan Yesus ingin membongkar logika berpikir Nikodemus, karena selama ini tradisi Yahudi selalu penuh dengan aturan dan ritual, maka dari itu di ayat 10 Tuhan Yesus mempertanyakan kapasitas Nikodemus sebagai pengajar Israel, "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?", padahal konsep hubungan dengan Tuhan sudah menjadi tradisi Yahudi sejak dari Abraham, Musa, hingga Daud, dimana mereka selalu menjalin hubungan dengan Allah melalui mempersembahkan korban dan membuat mezbah doa, mereka bergaul akrab dengan Tuhan, tapi tidak dengan masa-masa abad pertama, bangsa Yahudi terlalu terikat dengan aturan dan ritual. Yesus ingin menjelaskan bahwa ritual dan aturan itu sudah tidak menyelamatkan bangsa Yahudi lagi seperti dahulu kala, tetapi percaya kepada-Nya, yang sudah diutus oleh Allah itulah jalan keselamatan, sebagaimana itulah definisi terbaik dari kasih karunia Allah (ay. 16).

Tidak mudah bagi Nikodemus, seorang PEMIMPIN agama Yahudi untuk memahami sepenuhnya konsep keselamatan yang tidak 'Yahudi' banget itu, seiringnya berjalan waktu dia tetap mau belajar untuk mengikut Yesus. Nikodemus berani membayar harga, reputasi, pekerjaan dan keuangan dia korbankan untuk semakin dalam mengenal Yesus. Pada pasal 7:45-52, Nikodemus mulai menunjukkan diri sebagai pengikut Kristus, dia terang-terangan membela Yesus dalam Sidang para PEMIMPIN agama Yahudi, itu adalah hal yang sangat luar biasa, apalagi sidang tersebut dilatarbelakangi karena suasana genting akan penolakan Yesus, mereka mencari kesalahan supaya bisa menuduh Yesus, akan tetapi Nikodemus memberanikan diri membela-Nya (ay. 51). Ditambah pula akan kebodohan orang Yahudi saat itu yang menganggap Yesus adalah nabi yang datang dari Galilea, kita semua tahu Tuhan Yesus lahir dan berasal dari Betlehem, serta besar di Nazaret, keduanya di Israel Selatan, bukan Galilea yang adalah Israel Utara, hanya saja memang pelayanan Tuhan Yesus lebih banyak berpusat di Galilea dan sekitarnya.

Kisah Nikodemus tidak berakhir di situ saja, pada saat penguburan Tuhan Yesus (19:38-40), dia datang ikut menemani Yusuf dari Arimatea, bahkan Nikodemus membawakan minyak wewangian yang mahal, padahal murid-murid Tuhan Yesus sudah pada melarikan diri. Nikodemus dengan penuh kasih ikut menurunkan mayat Yesus, membawakan minyak wewangian, dia merelakan hati untuk mengasihi Yesus sepenuhnya, dia memahami konsep keselamatan itu, dia sudah menjadi pengikut Kristus yang sejati, mendahului para rasul yang akan besar dikemudian hari. Menurut tradisi Kristen dia mati martir pada abad pertama. 

Dari kisah Nikodemus ini kiranya kita semua sebagai orang percaya, mau belajar menjadi pengikut Kristus yang sejati, ada harga yang harus kita bayar, mungkin pertemanan kita, pekerjaan kita, reputasi kita, akan tetapi ada akhir yang indah, mengasihi Tuhan sungguh-sungguh membuat kita memahami untuk apa kita dan untuk siapa kita hidup, keselamatan sudah disediakan, ada baiknya kita mengerjakan keselamatan itu sebaik-baiknya dalam kehidupan ini, biarlah kita belajar menjadi pengikut Kristus yang menjadi terang bagi orang lain. Tuhan Yesus memberkati

Resources: Buku 'Not a Fan', & Alkitab Terjemahan Indonesia LAI