Bahan renungan = Yohanes 3:1-21, 7:45-52, 19:38-40
Komsel Pemuda Kota 20 Januari 2014
Kalau boleh kita tanyakan kepada sebagian orang percaya, percakapan Tuhan Yesus dalam ayat yang termasyhur-Nya itu (Yoh 3:16) dinyatakan pada siapa? Mungkin sebagian orang sulit menjawab, mungkin juga sebagian sudah tahu. Seringkali mungkin kita lupa ataupun malas membaca ayat secara lengkap dalam perikopnya. Percakapan termasyhur itu ditujukan pada Nikodemus, salah seorang farisi, PEMIMPIN agama Yahudi, anggota mahmakah agama, sebuah lembaga agama yang dalam bangsa Yahudi namanya adalah Sanhendrin, berisi 72 orang.
Pada awal perikop sudah dijelaskan dengan baik identitas Nikodemus, kita tahu Lukas dalam tulisan-tulisannya selalu menghargai detail, baik itu identitas, tempat, maupun waktu kejadian. Kebanyakan pengikut Kristus pada abad pertama selalu datangnya ramai, berbondong-bondong, pada waktu pagi ataupun siang hari, namun tidak dengan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi ini datang pada waktu malam (ay. 2). Bagi yang sudah pernah nonton 'Son of God' pasti sudah pernah melihat adegan ini, hanya saja di film adegannya masih sore menjelang malam, masih cukup terang, kita harus mengerti pemahaman waktu di Israel pukul 6 sudah termasuk malam, baik itu masih terang atau masih gelap. Tentu saja banyak pertimbangan mengapa ia datang pada waktu malam, mengingat reputasinya sebagai seorang farisi, adalah hal yang aneh jika seorang farisi bergaul dengan Yesus saat itu, semua orang farisi membenci Yesus, dan juga dia seorang pemimpin agama Yahudi, lebih parah lagi jika sampai ketahuan dia mengikut Yesus, apalagi sampai percaya ajaran-Nya, dia mempertaruhkan reputasinya, pekerjaannya, bahkan finansialnya sekaligus.
Nikodemus seperti kebanyakan pengikut lainnya, datang dengan rasa takjub, rasa kagum akan ajaran-ajaran-Nya, bisa juga mujizat-Nya, atau hal lainnya. Hal ini bisa dilihat pada ayat ke 2 dimana dia mengungkapkan kekagumannya, mau mengakui kuasa Yesus dan menyapa-Nya dengan sapaan formal 'Rabi' selain mengakui kuasa Yesus, dia mengakui ajaran Yesus. Tradisi Israel menyatakan bahwa jika seorang Yahudi sudah mencapai tahap menjadi Rabi berarti dia sudah memenuhi syarat untuk mengajar dan ajarannya benar. Hal ini cukup mengejutkan tentunya, bagaimana mungkin seorang PEMIMPIN agama Yahudi mau rendah hati mengakui ajaran sang Rabi yang adalah anak tukang kayu, mendadak terkenal, dari Galilea pula.
Pada ayat ke 3, Yesus mengajukan tanggapan atas pernyataan Nikodemus, "sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah". Secara budaya Yahudi, dan budaya kita semua sampai hari ini, omongan itu sangat tidak masuk akal. Hal ini terlihat dari tanggapan Nikodemus pada ayat selanjutnya, dengan polosnya menjawab balik sesuai proses biologis manusia, "Bagaimana mungkin seorang dilahirkan kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" (ay. 4). Terlahir sebagai orang Yahudi yang memegang erat kitab Musa, membuat orang Yahudi selalu terikat dengan ritual-ritual keagamaan, padahal Yesus menjelaskan tentang hubungan pribadi dengan Allah, bukan sebatas rital tetapi hubungan. Proses kelahiran kembali menggambarkan bahwa kita tunduk, merendahkan diri untuk dilahirkan kembali, diubahkan menjadi pribadi baru yang takut akan Tuhan, bukan takut akan aturan dan patuh akan ritual. Tuhan Yesus ingin membongkar logika berpikir Nikodemus, karena selama ini tradisi Yahudi selalu penuh dengan aturan dan ritual, maka dari itu di ayat 10 Tuhan Yesus mempertanyakan kapasitas Nikodemus sebagai pengajar Israel, "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?", padahal konsep hubungan dengan Tuhan sudah menjadi tradisi Yahudi sejak dari Abraham, Musa, hingga Daud, dimana mereka selalu menjalin hubungan dengan Allah melalui mempersembahkan korban dan membuat mezbah doa, mereka bergaul akrab dengan Tuhan, tapi tidak dengan masa-masa abad pertama, bangsa Yahudi terlalu terikat dengan aturan dan ritual. Yesus ingin menjelaskan bahwa ritual dan aturan itu sudah tidak menyelamatkan bangsa Yahudi lagi seperti dahulu kala, tetapi percaya kepada-Nya, yang sudah diutus oleh Allah itulah jalan keselamatan, sebagaimana itulah definisi terbaik dari kasih karunia Allah (ay. 16).
Tidak mudah bagi Nikodemus, seorang PEMIMPIN agama Yahudi untuk memahami sepenuhnya konsep keselamatan yang tidak 'Yahudi' banget itu, seiringnya berjalan waktu dia tetap mau belajar untuk mengikut Yesus. Nikodemus berani membayar harga, reputasi, pekerjaan dan keuangan dia korbankan untuk semakin dalam mengenal Yesus. Pada pasal 7:45-52, Nikodemus mulai menunjukkan diri sebagai pengikut Kristus, dia terang-terangan membela Yesus dalam Sidang para PEMIMPIN agama Yahudi, itu adalah hal yang sangat luar biasa, apalagi sidang tersebut dilatarbelakangi karena suasana genting akan penolakan Yesus, mereka mencari kesalahan supaya bisa menuduh Yesus, akan tetapi Nikodemus memberanikan diri membela-Nya (ay. 51). Ditambah pula akan kebodohan orang Yahudi saat itu yang menganggap Yesus adalah nabi yang datang dari Galilea, kita semua tahu Tuhan Yesus lahir dan berasal dari Betlehem, serta besar di Nazaret, keduanya di Israel Selatan, bukan Galilea yang adalah Israel Utara, hanya saja memang pelayanan Tuhan Yesus lebih banyak berpusat di Galilea dan sekitarnya.
Kisah Nikodemus tidak berakhir di situ saja, pada saat penguburan Tuhan Yesus (19:38-40), dia datang ikut menemani Yusuf dari Arimatea, bahkan Nikodemus membawakan minyak wewangian yang mahal, padahal murid-murid Tuhan Yesus sudah pada melarikan diri. Nikodemus dengan penuh kasih ikut menurunkan mayat Yesus, membawakan minyak wewangian, dia merelakan hati untuk mengasihi Yesus sepenuhnya, dia memahami konsep keselamatan itu, dia sudah menjadi pengikut Kristus yang sejati, mendahului para rasul yang akan besar dikemudian hari. Menurut tradisi Kristen dia mati martir pada abad pertama.
Dari kisah Nikodemus ini kiranya kita semua sebagai orang percaya, mau belajar menjadi pengikut Kristus yang sejati, ada harga yang harus kita bayar, mungkin pertemanan kita, pekerjaan kita, reputasi kita, akan tetapi ada akhir yang indah, mengasihi Tuhan sungguh-sungguh membuat kita memahami untuk apa kita dan untuk siapa kita hidup, keselamatan sudah disediakan, ada baiknya kita mengerjakan keselamatan itu sebaik-baiknya dalam kehidupan ini, biarlah kita belajar menjadi pengikut Kristus yang menjadi terang bagi orang lain. Tuhan Yesus memberkati
Resources: Buku 'Not a Fan', & Alkitab Terjemahan Indonesia LAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar